Minggu, 28 April 2013

Sejarah atau Tokoh Pejuang di Indonesia



Sejarah singkat seorang pejuang wanita di Indonesia yaitu:  R.A Kartini.


Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. R.A Kartini adalah salah satu dari seorang anak Bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, sedangkan Ibunya bernama M.A Ngasirah. Setelah dari lulus sekolah dasar ia tidak di perbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orang tuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk di nikahkan, ia pun sangat sedih dengan hal tersebut, dan ia ingin menentang tapi tak berani karena takut di anggap sebagai anak yang durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya. 

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.


Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat, pada 12 November 1903 dengan cara sederhana. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya. 

Dan pada akhirnya R.A Kartini wafat pada 17 September 1904, 4 hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 13 September 1904, ia melahirkan seorang putra pertamanya yang diberi nama Singgih / RM Soesalit. Pada saat itu, posisi R.A Kartini meninggal atau menghembuskan nafas terakhirnya yaitu berada dipangkuan suaminya (menurut pengakuan para abdi dalem yang ada saat peristiwa itu), bukan diatas tempat tidur (seperti dalam film R.A Kartini yang disutradarai oleh Alm.Sjuman Djaya). 

Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.


Pendidikan adalah arus utama dunia. Bilamana ada negara yang lebih unggul pendidikannya maka dipastikan ia akan menguasai dunia. Era Romawi dan Yunani pernah menguasai dunia, dengan ilmu. Islam pernah memimpin peradaban dunia, dengan ilmu. China pernah berkuasa, dengan ilmu. Maka kenapa kita tunda lagi waktu untuk memperbaiki pendidikan kita? tidak ada kata terlambat.





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar