A. Samarinda Bagian Dari Wilayah Kerajaan
Kutai
Kartanegara
Pada masa itu wilayah kerajaan
Kutai Kertanegara terbentang dari Sangkulirang di sebelah Utara hingga sekitar
Sungai Teleke di Selatan.kemudian ke pedalaman hingga mencapai daerah
pegunungan Batu Ayan,Batu Tingang dan Batu Bulan (ini dikenal dengan Pegunungan
Meratus dan Pegunungan Muller). Hingga wilayah kota Samarinda,Kota
Balikpapan,Kabupaten Penajam Paser Utara (Bagian Utara),Kabupaten Kutai
Kartanegara,Kabupaten Kutai Barat,Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang
sekarang ini.
Pada seminar Sejarah Kota
Samarinda yg dihadiri oleh para ahli sejarah baik sejarawan lokal maupun
sejarawanan nasional pada tanggal 21 Agustus 1987,dihasilkan keputusan
berdasarkan bukti bukti sejarah yg ada ,bahwa hari jadi Kota Samarinda
ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668.
B. Berdirinya Samarinda
Sejak zaman dahulu putra-putra
Sulawesi Selatan (Suku Bugis-Makasar)terkenal dengan jiwa pelaut yg gagah
berani,dengan perahu Pinisnya,mereka pernah menguasai pelayaran di perairan
sekitar Australia bahkan sampai ke Madagaskar.
Disulawesi Selatan khususnya ,sejak abad ke-14 ada beberapa kerajaan yg terkenal seperti: Kerajaan Gowa,Bone,Sidenreng,Suppa,Wajo,Soppeng,Ajattappareng dal Luwu. Banyaknya kerajaan-kerajaan tersebut,maka potensi konflik berupa gesekan-gesekan politik(kekuasaan) sangat signifikan untuk terjadi.Kerajaan Gowa dan Bone berhasil bersatu saat Sultan Hasaniddin memegang tahta kerajaan di Gowa.sebagian di antara mereka hijrah ke Kerajaan Kutai Kertanegara di bawah pimpinan La Mohang Daeng Mangkona.Rombongan tiba di Kalimantan Timur di atas tercatat dalam sejarah karena rombongan Panglima Limboto tercatat sebagai pendiri kampung Bugis di Tanjung Redeb Kabupaten berau , La Mohang Daeng Mangkona diberikan tempat oleh raja Kutai yg Belakangan menjadi kota Samarinda,Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur saat ini.
Disulawesi Selatan khususnya ,sejak abad ke-14 ada beberapa kerajaan yg terkenal seperti: Kerajaan Gowa,Bone,Sidenreng,Suppa,Wajo,Soppeng,Ajattappareng dal Luwu. Banyaknya kerajaan-kerajaan tersebut,maka potensi konflik berupa gesekan-gesekan politik(kekuasaan) sangat signifikan untuk terjadi.Kerajaan Gowa dan Bone berhasil bersatu saat Sultan Hasaniddin memegang tahta kerajaan di Gowa.sebagian di antara mereka hijrah ke Kerajaan Kutai Kertanegara di bawah pimpinan La Mohang Daeng Mangkona.Rombongan tiba di Kalimantan Timur di atas tercatat dalam sejarah karena rombongan Panglima Limboto tercatat sebagai pendiri kampung Bugis di Tanjung Redeb Kabupaten berau , La Mohang Daeng Mangkona diberikan tempat oleh raja Kutai yg Belakangan menjadi kota Samarinda,Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur saat ini.
Semula rombongan
tersebut memilih daerahsekitar muara sungai karang mumus (daerah Selili
sekarang.Tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena
airnya berputar dan banyak kotoran sungai,selain itu terlindung oleh
Gunung.kemudian mereka pindah kedaerah seberang, yakni Samarinda Seberang
sakarang ini.
Dengan rumah rakit yang berada di atas air,harus sama tinggi antara rumah satu
dan lainnya,yg melambangkan ”tidak ada perbedaan derajat,apakah bangsawan
ataukah rakyat biasa,semua SAMA derajatnya”.Dengan lokasi yg berada disekitar
muara sungai,dan kiri-kanan sungai dataran rendah atau “RENDA”. Diperkirakan
dari istilah inilah lokasi pemukiman tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama
kelamaan (dengan ejaan ) menjadi SAMARINDA.Setelah diadakan permufakatan antara
mereka,maka perkampungan itu diberi nama SAMARENDA yang berarti:tidak ada yg
lebih tinggi keturunan bangsawannya. Ini ditunjukan dengan rumah-rumah mereka
yg di rakit-rakit,tidak ada yg lebih tinggi dari yang lainnya guna menampakan
rasa persamaannya diantara mereka di rantau orang. sejak itulah perkampungan
mereka dinamakan SAMARENDA dan sekarang ditulis dan diucapkan
SAMARINDA.
Ketika pemerintah Belanda menjadikan
lokasi Samarinda Kota sebagai pusat Pemerintahan di Afdeeling Oost-Borneo,maka
peranan Samarinda kian berkurang dan akhirnya perkampungan Samarinda diubah
menjadi SAMARINDA SEBERANG.Tidak berapa lama Samarinda sudah terkenal sebagai
pusat perdagangan di perairan Mahakam,dan penduduknya terus bertambah,baik dari
pendatang orang Bugis maupun orang-orang Kutai di dekitarnya,sehingga terbentuk
menjadi 3 kampung,yakni Kampung Mesjid,Kampung Dagang dan Kampung
Pasar.
Kota Samarinda terus
diperintah di baeah Pua Ado ( yg setiap pengangkatannya di setujui oleh raja
Kutai ).Diadakan pemilihan Pua Ado baru,dan terpilihlah sepuppu La Mohang Daeng
Mangkona,yg bernama La Sawedi Daeng Mappoji ( Sitebba ),Sebagai Pua Ado
kedua.Samarinda bertambah pesat kemajuannya.Pelabuhan yg diperbesar ,memudahkan
arus angkutan barang perdagangan antara Samarinda dengan Makasar dan kota-kota
lainnya.Sebagaian besar penduduk Samarinda masih tunduk patuh kepada raja
Kutai,sesuai dgn sumpah mereka dahulu untuk terus mengabdi kepada raja
Kutai.raja-raja Kutai sejak kedatangan rombongan Bugis (tahun 1668 ),sudah ada
percampuran darah dengan raja-raja Bugis,sehingga raja Kutai adalah raja mereka
juga.
C. Masa Pemerintahan Pua Ado di Samarinda
Dari catatan yg dapat dikumpulkan
bahwa dari tahun 1668 sampai dengan tahun 1906 ada 10 orang Pua Ado yg
memerintah di Samarinda.sesudah tahun 1906 Samarinda diberi kedudukan sebagai
Distrik Samarinda Seberang yg dipimpin oleh Raden Panji Ario Projo ( tahun
1906-1910 ) semasa Sultan Mohammad Alimuddin.
1.
La Mohang Daeng Mangkona (tahun 1673-1746 )
2. La Sawedi
Daeng Mappoji sebagai Pua Ado II (tahun 1746-1750)
3. Kapitan
Nahkoda La Tojeng Daeng Ripetta sbagai Pua Ado III (tahun 1750-1799)
4. Kapitan La
Made Daeng Punggawa Gelar Pua Ado IV (tahun 1799-1817 )
5. Uwa’na Soeboe
Gelar Pua Ado V (tahun 1799-1817 )
6. Uwa’na
Pangole Gelar Pua Ado VI ( tahun 1817-1843 )
7.
Haji Siduppa Daeng Parani Gelar Pua Ado VII ( tahun 1843-1852 )
8. Haji Barong
Daeng Parage Gelar Pua Ado VIII ( tahun 1852-1867 )
9. Puanna Rappe
Daeng Pesuro Gelar Pua Ado IX ( tahun 1861-1867 )
10.
Ade Lompo E,yang Langsung Di Bawah Pengawasan Sultan ( tahun 1870-1906 )
D. Pemerintah Belanda Mendirikan Pemerintahan
di Samarinda
Dengan dikalahkannya Kerajaan
Kutai di dalam peperangan maka pada tanggal 11 Oktober 1844 Sultan Muhammad
Salahoeddin terpaksa menandatangani perjanjian,yg mengakui pemerintahan Belanda
sebagai yg dipertuan.Didalam usaha KPM melebarkan sayapnya ke seluruh
penjuru daerah jajahan Belanda ,maka pelayaran di Sungai Mahakam juga menarik
perhatian.karena itu pemerintahan Belanda di wilayah ini terus berusahan mencarii
lokasi yg terbaik untuk pelabuhannya.Dari penelitian teknis dipilihlah peraian
sekitar kota Samarinda yg terbaik,yg dapat berlabuh kapal sampai ribuan
ton,dengan kemudahannya kapal dapat berputar haluan,karena sungai di wilayah
ini cukup lebar.
Demikian pula dengan Samarinda yg
di seberang , bertambah pudar kemegahan yg pernah dimiliki pada masa-masa
sebelum tahun 1900-an.Kepudarannya itulah,menyebabkan semula ia disebut dengan
SAMARINDA,tetapi lama kelamaan secara perlahan-lahan perananannya sudah
terbalik,bahkan kemudian lebih dikenal dengan nama SAMARINDA SEBERANG,dan kota
Samarinda yg dibangun oleh Belanda,semula ada bagian dari kampung pasar-dari
kota Samarinda Seberang,menjadilah ia sebagai Kota SAMARINDA yg kita kenal
sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar